Jumat, 15 April 2016

pencemaran air logam merkuri

BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Permasalahan lingkungan perairan bukanlah hal yang baru, melainkan sudah ada sejak manusia mulai memanfaatkan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sumber pencemaran ini secara umum berasal dari kegiatan alam seperti kegiatan vulkanik, pengikisan batuan, dan bencana alam lainnya, serta pencemaran yang berasal dari kegiatan manusia antara lain limbah rumah tangga, limbah industri, dan kegiatan pertanian. (Sarjono, 2009). Bedasarkan kasus penilitian Menurut Cut Nazly, peneliti dari Badan Pengendalalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Aceh Tahun 2013, Sungai Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya ditemukan logam merkuri dengan jumlah di atas ambang baku mutu air yang baik. Kadar merkuri tinggi di air sungai ditemukan pada saat puncak kerja pengolahan emas di mesin gelondongan yang banyak tersebar di dekat sungai dan pemukiman warga. Pada tahun 2004 di Indonesia heboh oleh kasus Teluk Buyat di Kabupaten Minahasa, dimana ratusan warga penduduk terpencil di Desa Buyat diserang penyakit aneh. Tim dokter menyimpulkan mereka menderita penyakit “minamata” setelah diduga terkontaminasi oleh logam berat merkuri (Hg) akibat pencemaran limbah oleh perusahaan tambang PT Newmont Minahasa Raya (NMR) yang membuang limbah ke laut ( Mangunjaya, 2006). Mencuatnya kasus cemaran logam berat merkuri (Hg) di Teluk Buyat pada tahun 2004 telah membuka perhatian publik pada potensi-potensi cemaran logam berat yang ada di tempat lain. Cemaran logam (Hg) (pada sedimen) di Teluk Buyat mencapai 1.000 ppb (ambang batas 200 ppb) Adanya merkuri di lokasi ini disebabkan karena adanya kegiatan pertambangan rakyat di bagian hulu sungai, (Bryan, 2006) Pemakaian merkuri (Hg) bidang pertambangan dalam kegiatan penambangan oleh masyarakat banyak menggunakan merkuri untuk memisahkan butiran-butiran emas dari batuan melalui proses amalgamasi (Widowati, 2008). Dalam kegiatan pertambangan emas memerlukan proses amalgamasi itu proses percampuran antara emas dan merkuri. Menurut Widodo (2011) proses amalgamasi yaitu proses pengikatan logam emas dari bijih tersebut dengan menggunakan merkuri dalam tabung yang disebut sebagai gelundung. Galundung tersebut dapat diputar dengan tenaga penggerak air sungai melalui kincir atau tenaga listrik. Selanjutnya dilakukan pencucian dan pendulangan untuk memisahkan amalgam (perpaduan logam emas dengan Hg) dari ampas (tailing). Berdasarkan pantauan Serambi indonesia, air raksa (Merkuri) dipakai secara bebas di aceh yang digunakan sebagai zat pemisah bijih emas dari batuan induknya itu, dibuang sembarangan, tanpa adanya proses pengolahan limbah yang baik. Kegiatan tambang emas ilegal yang marak di Aceh sejak 2007 telah menimbulkan dampak serius. Dari sisi lingkungan, kegiatan pertambangan yang dilakukan di hutan lindung telah menyebabkan kerusakan hutan dan di Aceh. Yang paling menakutkan adalah ada indikasi gangguan kesehatan masyarakat dan akibat racun merkuri meski harus dilakukan penelitian lebih lanjut Kaitan aktifitas penambangan emas di kawasan Gunong Ujeun mulai mengkhawatirkan terhadap kelestarian lingkungan dan kesehatan manusia Sebab, Bila memperhatikan angka estimasi produk air buangan limbah mengandung merkuri yang dihasilkan dari kilang-kilang mencapai 14,400 liter per hari adapun yang diduga, sekitar 600 kg markuri dipakai setiap hari untuk kegiatan penambangan emas di Kecamatan Krueng Sabe merupakan wilayah berpotensi terjadi pencemaran merkuri, sungai Krueng Sabe yang merupakan salah satu sumber air warga sekitar, serta-merta menjadi tempat pembuangan limbah pengolahan emas di daerah aliran sungai (DAS) tersebut, husaini syama'un, mengatakan pada badan pengendalian lingkungan aceh Kualitas suatu perairan menjadi sangat penting karena berkaitan dengan biota yang hidup di dalamnya wilayah pesisir umumnya merupakan daerah tangkapan ikan yang penting karena memiliki kandungan unsur hara yang baik bagi kehidupan ikan. Unsur hara tersebut biasanya terbawa arus sungai dan mengalir ke laut. Selain unsur hara yang bermanfaat, bahan yang tidak bermanfaat atau bahkan merugikan seperti logam berat juga akan terbawa ke laut apabila dibuang dan masuk ke perairan sungai. Kondisi ini dapat mempengaruhi kualitas lingkungan perairan dan mengganggu ekosistem pada wilayah tersebut. Perairan yang tercemar akan mengakibatkan tercemarnya biota yang hidup di perairan tersebut dan menjadi tidak aman bagi konsumen yang mengkonsumsinya (Dwiyitno, N. Aji, &, N. Indriati, 2008). Biota air yang hidup dalam perairan tercemar logam berat, dapat mengakumulasi logam berat tersebut dalam jaringan tubuhnya. Makin tinggi kandungan logam dalam perairan akan menyebabkan semakin tinggi pula kandungan logam berat yang terakumulasi dalam tubuh hewan tersebut (Rochyatun dkk, 2007), Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan, karena selain dikonsumsi, juga digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan seperti memasak, mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh bahan-bahan pencemar sehingga dapat mengganggu kesehatan makhluk hidup (Darmono, 2001). Toksisitas merkuri pada manusia dibedakan menurut bentuk senyawa Hg yaitu anorganik dan organic. Efek toksisitas merkuri pada manusia bergantung pada bentuk komposisi merkuri, jalan masuknya ke dalam tubuh dan lamanya berkembang. Contohnya adalah merkuri (HgCl2) lebih toksik daripada bentuk merkuri (HgCl). Karena bentuk (HgCl2) cepat dan mudah diabsorbsi sehingga daya toksisitasnya lebih tinggi (Alfian, 2001 dalam Alfian, 2006). Adapun dampak bahaya bagi manusia Keracunan metil merkuri menyebabkan efek pada gastrointestinal yang lebih ringan tetapi menimbulkan toksisitas neurologis yang berat berupa rasa sakit pada bibir, lidah dan pergerakan (kaki dan tangan), konfusi, halusinasi, iritabilitas, gangguan tidur, ataxia, hilang ingatan, sulit bicara, kemunduran cara berpikir, reflek tendon yang abnormal, pendengaran rusak, lapangan penglihatan mendekati konsentris, emosi tidak stabil, tidak mampu berpikir, stupor, coma dan kematian (Clarkson, 1990 dan Marsh et al, 1987). Dalam pengawasan kualitas lingkungan suatu perairan, logam berat merupakan salah satu parameter penting untuk melihat tingkat pencemarannya. Cemaran logam berat umumnya disebabkan oleh berbagai jenis limbah baik domestik, industri, pertanian, maupun pertambangan (Anonymous, 2002). Oleh karena itu perlu dilakukan penilitian pada lokasi-lokasi yang berpotensi tercemar logam berat seperti sungai krueng sabe, Aceh jaya dengan demikin dapat diketahui tingkat pencemaran logam berat pada lingkungan perairannya serta status keamanan ikan komsumsi oleh masyarat yang ditangkap serta penggunaan air dari perairan tersebut 1. 2. Rumusan masalah 1. Apakah ada tingkat terakumulasi kadar merkuri (Hg) pada ikan dan kualitas lingkungan sungai krueng sabe masih di ambang batas? 2. apakah terdapat perbedaan kandungan logam berat merkuri (Hg) pada ikan dan mutu lingkungan yang terdapat di perairan tawar sungai krueng sabe aceh jaya 1. 3. Tujuan penelitian 1. Untuk Mengetahui kandungan logam markuri (Hg) pada ikan, akibat pencemaran limba industri tambang emas diperaiaran sungai kreung sabe aceh jaya 2. untuk mengetahui perbedaan kandungan logam berat merkuri (Hg) pada ikan dan kualitas lingkungan yang terdapat di sungai krueng sabe aceh jaya 1. 4. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai suatu pengalaman yang berharga karena dapat memperoleh wawasan lebih tentang pencemaran merkuri dan sebagai saran untuk menambah khasanah keilmuan, khususnya dalam menambah wawasan untuk menyikapi pencemaran 2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan menjadi referensi sebagai informasi bagi pembaca yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut 5. Hipotesis penilitian Hipotesis yang di ajukan ialah residu logam berat merkuri (Hg) pada ikan dan kualitas lingkungan perairan. Terhadap pencemaran dan dampak untuk ikan bagi kesehatan komsumsi oleh masyarakat